Taufik My



E-mail

Setiap manusia pasti pernah merasakan sakit. Kondisi disaat tubuh lebih lemah dari biasanya. Aktivitas manusia terus ada, hidup pun terus berjalan, namun tak lepas dari ujian. Ujian ini sudah merupakan sunatullah kehidupan. Sakit adalah ujian. Manusia akan diuji dalam kehidupannya, dengan perkara yang tidak disukainya, atau perkara yang menyenangkan. Allah berfirman dalam surat Al-Anbiyaa’ ayat 35,

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.”
Terdapat hikmah yang banyak di balik berbagai ujian. Rasulullah bersabda,
“Sesungguhnya Allah Ta’ala jika mencintai suatu kaum, maka Dia akan memberi mereka cobaan.” (HR. Tirmidzi). Dalam riwayat lain disebutkan, “Penyakit merupakan cambuk Allah di bumi ini, dengannya Dia mendidik hamba-hambaNya.”
Sakit tak hanya berdampak pada orang yang menderitanya. Namun bagi keluarga, saudara, dan (mungkin) temannya juga. Merekalah yang merawat dan mengusahakan kesembuhannya, yang tak kalah besar pahalanya. Bila sabar dan ikhlas menyimpan pahala bagi penderita sakit. Maka bagi keluarga, saudara, teman, atau orang lain, pahala tersebut ada ketika menjenguk orang sakit.
Diriwayatkan dari hadits Tsauban yang marfu’ bahwa Rasulullah bersabda,
“Sesungguhnya apabila seorang muslim menjenguk orang muslim lainnya, maka ia berada di dalam khurfatul jannah.” Dalam riwayat lain ditanyakan kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, apakah khurfatul jannah itu?” Beliau menjawab, “Yaitu taman buah di Surga.”
Subhanallah. Menjenguk orang sakit adalah perbuatan baik. Ia merupakan bagian dari akhlakul karimah. Tindakannya pun dipuji oleh malaikat. Berikut hadits yang menjelaskannya,
Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib, ia berkata, “Saya mendengar Rasulullah bersabda, ‘Tiada seorang muslim yang menjenguk orang muslim lainnya pada pagi hari kecuali ia dido’akan oleh tujuh puluh ribu malaikat hingga sore hari. Dan jika ia menjenguknya pada sore hari, maka ia dido’akan oleh tujuh puluh ribu malaikat hingga pagi hari. Dan baginya kurma yang dipetik di taman Surga.” (HR. Tirmidzi, beliau berkata “hadits hasan”)
Dalam Islam, menjenguk orang sakit, tidaklah patut mempertimbangkan latar belakangnya. Apapun warna kulitnya, sukunya, miskin atau kaya, cantik atau kurang cantik, pintar atau kurang pintar, nenek-nenek atau masih muda, mahasiswa atau lulusan SD, bahkan yang berbeda agama sebaiknya dijenguk. Karena ianya amal kemanusiaan yang dalam Islam dinilai sebagai ibadah. Bahkan aktivitasnya disebut qurbah (pendekatan diri kepada Allah). Sebagaimana hadits qudsi, Allah berfirman,
“Wahai manusia, si fulan hambaKu sakit dan engkau tidak membesuknya. Ingatlah seandainya engkau membesuknya niscaya engkau mendapatiKu di sisinya.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah)
Maka wajar, Nabi pernah bersabda,
“Siapa yang menjenguk orang sakit, maka berserulah penyeru dari langit (malaikat), ‘Bagus engkau, bagus perjalananmu, dan engkau telah mempersiapkan tempat tinggal di dalam Surga.” (HR. Ibnu Majah diriwayatkan dari Abu Hurairah)
Dengan demikian, penting untuk diperhatikan etika (adab-adab) ketika menjenguk orang sakit.
-     Sebutlah identitas diri yang jelas. Jangan menyebutkan identitas yang kurang jelas, sehingga membingungkan bagi orang yang sedang sakit.
-     Berkunjung di waktu yang tepat. Jangan datang di waktu orang sakit sedang beristirahat, sedang waktunya tidur, minum obat, atau mengganti pembalut luka misalnya. Jangan pula terlalu lama di tempat orang sakit. Bisa jadi penderita sakit membutuhkan banyak waktu untuk istirahat. Ini terkecuali bagi yang memiliki hubungan khusus dengan penderita sakit.
-     Jangan banyak bertanya. Sangat baik bila pengunjung tidak mengobrol sendiri. Apalagi mengajukan banyak pertanyaan, yang akhirnya membuat penderita sakit kelelahan. Hendaknya pengunjung menampakkan rasa kasih sayang dan belas kasihannya.
-     Mendo’akannya dengan ikhlas. Ada hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah bersabda,
“Siapa yang menjenguk orang sakit yang belum tiba ajalnya, lalu ia mengucapkan do’a ini di sampingnya sebanyak tujuh kali: (Aku mohon kepada Allah Yang Maha Agung, Tuhan Pemilik Arsy yang Agung. Semoga Dia berkenan menyembuhkanmu), niscaya Allah akan menyembuhkannya dari penyakit tersebut.”
Dianjurkan pula membacakan do’a sakit: Allahumma Ya Rabbannaasa adzhibil ba’tsa wa asyfi wa anta syaafi laa syifa a illa syifauka syifa an laa yughadiru saqama.. (Ya Allah, Tuhannya manusia, hilangkanlah bahaya. Sembuhkanlah. Hanya Engkau yang dapat menyembuhkan. Tiada kesembuhan kecuali dariMu. Sembuh yang tidak dihinggapi penyakit lagi.)” (HR. Bukhari dan Muslim, dari Aisyah)
-     Menimbulkan optimisme kepada orang yang sedang sakit. Saat menjenguk, anjurkanlah untuk berlaku sabar. Karena sabar itu besar pahalanya, sedangkan berkeluh kesah itu dosa.
لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَ
Laa Tahzan! Innallaahama’ana..
“Janganlah kamu bersedih. Sesungguhnya Allah beserta kita.” (QS. At-Taubah : 40).

Categories:

Leave a Reply