Kamis, 19 April 2012
Semangat Konperensi Asia-Afrika (KAA) tidak semata bebaskan
negara-negara dari belengggu kolonialisme, namun juga mengeluarkan
negara-negara KAA dari cengkeraman kemiskinan dan keterbelakangan.
Memasuki usia yang ke-57 tahun, KAA semakin memantapkan perannya di
berbagai kancah internasional.
Hal ini dituturkan Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Dubes AM Fachir saat membuka rangkaian peringatan Hari Ulang Tahun Konperensi Asia-Afrika ke-57, di Bandung, kemarin (18/04/2012).
Menurut Fachir, besarnya peranan yang dimainkan oleh negara-negara KAA saat ini dapat dilihat dari kiprah di berbagai forum multilateral dan regional. Pengaruhnya dalam percaturan politik dan ekonomi global juga sangat besar. “Terutama dalam upaya menciptakan tatanan dunia yang lebih berimbang dan lebih adil sesuai dengan semangat dan cita-cita Dasa Sila Bandung,” ujar Fachir.
Ditambahkan bahwa relevansi KAA dewasa ini terletak pada semangat solidaritas antar sesama negara berkembang untuk tetap tumbuh saling mendukung dan membantu guna memajukan pembangunan dan kesejahteraan rakyat.
Fachir mengatakan sebagai salah satu penggagas KAA, Indonesia terus berupaya memperkuat relevansi forum ini di tengah-tengah perubahan dunia. Indonesia mengembangkan kemitraan strategis di antara negara-negara KAA dalam program-program yang nyata. Salah satunya adalah dengan bantuan pengembangan kapasitas untuk Palestina.
“Program ini merupakan perwujudan solidaritas negara-negara KAA dalam mendukung berdirinya negara Palestina, sebagai satu-satunya peserta KAA yang belum merdeka,” demikian Fachir menjelaskan.
Dalam tataran pembangunan demokrasi, tidak diragukan lagi, penyelenggaraan Bali Democracy Forum setiap tahun (sejak 2008), merupakan kontribusi Indonesia dalam memberikan landasan yang kuat bagi langkah-langkah pembelajaran demokrasi di dunia.
“Merupakan hal yang sangat jelas bahwa semangat BDF dalam memajukan prinsip-prinsip demokrasi secara global, sejalan dengan semangat Dasasila Bandung yang menyuarakan kesetaraan dan keadilan dalam tata kelola internasional.” tambah mantan Duta Besar RI untuk Mesir ini.
Sejalan dengan yang disampaikan Fachir, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan pada kesempatan itu, menyampaikan keyakinannya bahwa semangat Dasasila Bandung masih sangat relevan di abad ke-21 ini.
“Pada abad ke-21 ini, negara-negara Asia Afrika dituntut untuk tetap memegang teguh semangat yang terdapat di dalam Dasasila Bandung. Untuk merdeka secara politik, ekonomi dan sosial budaya,” Imbuh Heryawan.
Menurutnya, semangat inilah, yang nanti akan mampu berkontribusi dalam membangun tatanan dunia yang lebih adil dan sejahtera.
Acara Peringatan Ulang Tahun ke-57 KAA yang diselenggarakan di Gedung Merdeka, Bandung, juga diikuti oleh berbagai rangkaian kegiatan yaitu Nusantara Model of United Nations 2012 di Gedung Merdeka (18/04) dan acara Cultural Night yang akan diselenggarakan di Hotel Yehezkiel Bandung (19/04).
Nusantara Model of United Nations 2012 merupakan sebuah kegiatan simulasi sidang yang dapat memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk memperluas wawasan seputar isu-isu terbaru di dunia internasional serta merasakan secara nyata diplomasi yang dilaksanakan di forum multilateral. (Sumber: Dit. Diplomasi Publik/Dit. Infomed/PY/Yo2K)
Hal ini dituturkan Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Dubes AM Fachir saat membuka rangkaian peringatan Hari Ulang Tahun Konperensi Asia-Afrika ke-57, di Bandung, kemarin (18/04/2012).
Menurut Fachir, besarnya peranan yang dimainkan oleh negara-negara KAA saat ini dapat dilihat dari kiprah di berbagai forum multilateral dan regional. Pengaruhnya dalam percaturan politik dan ekonomi global juga sangat besar. “Terutama dalam upaya menciptakan tatanan dunia yang lebih berimbang dan lebih adil sesuai dengan semangat dan cita-cita Dasa Sila Bandung,” ujar Fachir.
Ditambahkan bahwa relevansi KAA dewasa ini terletak pada semangat solidaritas antar sesama negara berkembang untuk tetap tumbuh saling mendukung dan membantu guna memajukan pembangunan dan kesejahteraan rakyat.
Fachir mengatakan sebagai salah satu penggagas KAA, Indonesia terus berupaya memperkuat relevansi forum ini di tengah-tengah perubahan dunia. Indonesia mengembangkan kemitraan strategis di antara negara-negara KAA dalam program-program yang nyata. Salah satunya adalah dengan bantuan pengembangan kapasitas untuk Palestina.
“Program ini merupakan perwujudan solidaritas negara-negara KAA dalam mendukung berdirinya negara Palestina, sebagai satu-satunya peserta KAA yang belum merdeka,” demikian Fachir menjelaskan.
Dalam tataran pembangunan demokrasi, tidak diragukan lagi, penyelenggaraan Bali Democracy Forum setiap tahun (sejak 2008), merupakan kontribusi Indonesia dalam memberikan landasan yang kuat bagi langkah-langkah pembelajaran demokrasi di dunia.
“Merupakan hal yang sangat jelas bahwa semangat BDF dalam memajukan prinsip-prinsip demokrasi secara global, sejalan dengan semangat Dasasila Bandung yang menyuarakan kesetaraan dan keadilan dalam tata kelola internasional.” tambah mantan Duta Besar RI untuk Mesir ini.
Sejalan dengan yang disampaikan Fachir, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan pada kesempatan itu, menyampaikan keyakinannya bahwa semangat Dasasila Bandung masih sangat relevan di abad ke-21 ini.
“Pada abad ke-21 ini, negara-negara Asia Afrika dituntut untuk tetap memegang teguh semangat yang terdapat di dalam Dasasila Bandung. Untuk merdeka secara politik, ekonomi dan sosial budaya,” Imbuh Heryawan.
Menurutnya, semangat inilah, yang nanti akan mampu berkontribusi dalam membangun tatanan dunia yang lebih adil dan sejahtera.
Acara Peringatan Ulang Tahun ke-57 KAA yang diselenggarakan di Gedung Merdeka, Bandung, juga diikuti oleh berbagai rangkaian kegiatan yaitu Nusantara Model of United Nations 2012 di Gedung Merdeka (18/04) dan acara Cultural Night yang akan diselenggarakan di Hotel Yehezkiel Bandung (19/04).
Nusantara Model of United Nations 2012 merupakan sebuah kegiatan simulasi sidang yang dapat memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk memperluas wawasan seputar isu-isu terbaru di dunia internasional serta merasakan secara nyata diplomasi yang dilaksanakan di forum multilateral. (Sumber: Dit. Diplomasi Publik/Dit. Infomed/PY/Yo2K)
Categories:
Tentang Kuliah