Taufik My



 

KATA PENGANTAR

            Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat ALLOH SWT, karena atas rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan laporan praktek kuliah lapangan ini, Shalawat dan salam semoga tetep tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya dan kita selaku umatnya.
Kami menyadari dalam pembuatan laporan praktek kuliah lapangan ini masih banyak kekurangan, keterbatasan kemampuan dan pengetahuan sehingga pembuatan laporan praktek kuliah lapangan ini sangatlah jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, yang bertujuan untuk memotifasi pembuatan laporan yang lain dimasa yang akan datang.
            Demkian kami sampaikan dengan segala kerendahan hati, semoga bisa bermanfaat bagi kami khususnya umumnya bagi semua yang membaca laporan praktek kuliah lapangan ini. Dan semoga semua amal perbuatan kita diterima oleh ALLOH SWT. Amin
                                                                       
           Tasikmalaya, 13 Febuari 2012


                                                                                                      Penulis


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang  Masalah
Plateau Dieng atau dataran tinnggi dieng sebuah kawasan yang menakjubkan sebuat tempat indah yang menyimpan berbagai keajaiban alam dan keunikan beragam budaya, dataran tinggi di provinsi jawa tengah ini berada dalam lima wilayah kabupaten Bahan, Kendal, Temanggung, Wonosobo, dan Kabupaten Banjarnegara. Untuk mencapai dataran tinggi dieng bisa ditempuh melalui jalan raya dari arah wonosobo, Bahan, Banjarnegara. Dataran tinggi ini berada di kawasan 2000 meter diatas permukaan laut.
Dieng berasal dari bahasa sangsakerta “Hyang” yang berarti tempat bersemayamnya para dewa, berdasarkan catatan sejarah tempat ini di yakini sebagai tempat awal bermulanya peradaban hindu di pulau jawa, yang berkembang pada kejayaan dinasti sanjaya pada abad ke-8 di tandai dengan berdirinya candi-candi dieng ini. Candi yang dulu dibangun untuk memulyakan dewa Shiwa ini kemudian oleh masyarakat setempat dinamai tokoh-tokoh dalam kisah maha barata. Seperti Candi Arjuna, Candi Srikandi, Candi Puntadewa, Candi Sembada, Candi Bima, Candi Gatotkaca. Bangunan candi-candi dieng disusun dari batu-batu dari jenis Andesit, batu-batu ini berasal dari gunung pakuwaja yang berada di sebelah selatang kompleks candi dieng.
1
 
Dataran tinggi dieng terbentuk oleh amblasnya sebagian gunung api tua, yaitu gunung merau oleh patahan yang berarah barat laut dan tenggara, pada bagian yang amblas itu muncul gunung-gunung kecil yang tersebar di kawasan dieng, seperti gunung gajah mungkur, gunun galam, gunung bandasari, gunung panglimunan, gunung pangonan, dan gunung pakuaja.
i
 
            Sampai sekarang gunung api di dataran tinggi dieng masih aktif, aktivitas di kawasan gunung api mempunyai karakteristik yang khas yaitu tekanan magma yang terkandung didalamnya tidak terlalu kuat, oleh sebab itu sampai sekarang di kawasan dieng tidak terjadi letusan magma seperti di gunung merapi. Apabila terjadi letusan itu disebabkan terpanaskannya air bawah oleh magma, gejala seperti ini bisa kita saksikan di beberapa kawah vulkanik yang berada di dataran tinggi dieng.
            Seraya mendekati daerah dieng , suhu semakin rendah. Begitu dinginnya sehingga kadang mencapai suhu 150c pada sing hari, dan pada malam hari mencapai 100c. Kawasan dieng akan mengalami musim yang paling dingin sekitar bulan agustus dan september, pada saat itu cuaca dieng bisa mencapai -30c.
            Dieng adalah kawasan dataran tinggi di Jawa Tengah, yang termasuk wilayah Kabupaten Banjarnegara, dan Kabupaten Wonosobo. Letaknya berada di sebelah barat kompleks Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. Dieng adalah kawasan vulkanik aktif dan dapat dikatakan merupakan gunung api raksasa dengan beberapa kepundan kawah. Ketinggian rata-rata adalah sekitar 2000 m.dpl.
            Secara administrasi, Dieng merupakan  wilayah desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara dan Dieng (“Dieng Wetan”), Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Wilayah ini merupakan wilayah terpencil di Jawa Tengah. Dataran Tinggi Dieng (DTD) adalah dataran dengan aktivitas vulkanik dibawah permukaannya, seperti Yellowstone ataupun dataran tinggi Tengger. Sesungguhnya ia adalah kaldera dengan gunung-gunung disekitarnya sebagai tepinya. Terdapat banyak kawas sebagai tempat keluarnya gas, uap air dan berbagai material vulkanik lainnya. Keadaan ini sangat berbahaya bagi penduduk yang menghuni wilayah itu, terbukti dengan adanya bencana letusan kawah sinila 1979. tidak hanya gas beracun, tetapi juga dapat dimungkinkan gempa bumi, letusan lumpur, tanah longsor dan banjir.
            Kawah akif di Dieng merupakan kepundan bagi aktivitas vulkanik di bawah dataran tinggi. Pemantauan aktivitas dilakukan oleh PVMBG melalui pos pengamatan Dieng di Kecamatan Karang Tengah. Berikut ini adalah kawah-kawah yang sering dipantau aktifitasnya, antara lain: Candradimuka, Sibanteng, Siglagah, Sikendang, Sikidang, Sileri, Sinila, dan Timbang.

B. Rumusan Masalah
               Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
     1. Apa yang menjadi faktor pendukung dataran tinggi Dieng menjadi objek observasi atau pariwisata yang wajib untuk dikunjungi oleh mahasiswa Geografi?.
     2. Apa yang menjadi faktor penghambat pengembangan sektor pariwisata di dataran tinggi Dieng?.
     3. Upaya apa yang harus dilakukan untuk memajukan pariwisata tersebut sehingga menjadi pariwisata yang lebih baik?.



C. Tujuan Penelitian
               Berdasarkan rumusan masalah yang penulis buat diatas, tujuan dari penelitian ini antara lain:
     1. Mengetahui apa yang menjadi faktor pendukung daerah dataran tinggi Dieng yang dijadikan tempat observasi atau pariwisata?.
     2. Menjelaskan dan menganalisis faktor penghambat dan perkembangan kemajuan pariwisata di dataran tinggi Dieng.
     3. Mengetahui upaya apa yang harus dilakukan untuk mengembangkan potensi pariwisata maupun kearifan lokal marga di dataran tinggi Dieng?.















BAB II
DESKRIPSI KONDISI LAPANGAN

ü  DANAU MERICA
Ø  Letak Astronomis.
S : 070 23’ 26,0”
E : 1090 37’ 01.3”
Ø  Ketinggian 253 M.Dpl
Suhu Air 28,50 c
P.H 7,72
Ø  TDS / Kekeruhan Air 110 PPM
Salinitas 0’ ppt
ü  TELUK BIMOLUKAR (Kali Serayu)
5
 
Peninggalan Situs Agama Hindu, diambil dari nama tokoh pewayangan, Bimo yang artinya “Perkasa” atau yang mempunyai kemampuan lebih. Menurut Mitos warga di sekitar wilayah dieng, teluk bimo lukar sering dijumpai rambut-rambut di sekitar area air yang keluar dari telaga. Dan orang disana mempercayai bahwa rambut yang ditemui adalah sisa-sisa dari rambut yang jatuh dari dewa atau dewi yang mandi di sekitar telaga. Namun dalam kenyataannya rambut tersebut adalah sebuah tumbuhan yang jenisnya saja berbentuk menyerupai rambut yang tumbuh di sekitar telaga. Adapun mitos lain bahwa jika kalau seseorang mandi di bawah air telaga tersebut sebuah atau seseatu keinginan yang kita inginkan akan tercapai, diceritakan bahwa seorang calon anggota DPRD wilayah dieng pernah melakukan ritual mandi kembang dan sesembahan sebagainya untuk meminta berkah dari air telaga teluk bimolukar.
Adapun kegunaan dari teluk bimolukar adalah untuk pengairan masyarakat atau petani yang tinggal diwilayah tersebut.
Ø  Letak Astronomis
S : 090 12’ 16,1”
E : 1090 54’ 47,6”
Ø  Ketinggian 2097 M.Dpl
ü  TELAGA WARNA
Terbentuknya danau berasal dari letusan gunung api, dikarenakan masa air yang terkandung dalam perut bumi terus menerus mengalami pemanasan dari dalam perut bumi yang mengakibatkan telaga warna tersebut kelihatan berwarna putih susu yang dihasilkan bari belerang.
Ø  Ciri fisik telaga warna:
-     Bau Belerang
-     Adanya uapan gelembung-gelembung seperti air panas
-     Sulfur yang mengakibatkan warna hijau
-     Lumut atau tumbuhan kecil yang hidup di dalam air telaga
Lokasi Telaga Warna
Ø  Letak Astronomis
S : 070 12’ 54,6”
E : 1090 54’ 49’7”
Ø  Ketinggian 2804 M.Dpl
Salinitas 0,7 ppt
P.H 2,17
Suhu 180 (s/d 09:30 WIB)
ü  KAWAH SIKIDANG
Sikidang adalah kawah di dataran tinggi Dieng yang paling populer dikunjungi wisatawan, karena jaraknya yang mudah dicapai. Kawah ini terkenal karena lubang keluar gas yang selalu berpindah-pindah di dalam satu kawasan luas. Dinamakan kawah sikidang karena suhu panas yang disebabkan oleh dapur magma yang memanaskan air yang ada di sekitar kawah tersebut meloncat-loncat keatas seperti kijang yang sedang berlari-lari, oleh sebab itu kawah ini dinamakan kawah sikidang (kidang dalam bahasa Jawa).
Batuan yang berada di sekitar kawah sikidang terjadi pelapukan sulfur (Sulfikasi) akibat suhu yang dingin didaerah tersebut dan dari dalam kawah suhunya sangat panas yang mengakibatkan berlawanan dan mengakibatkan batuan tersebut melapuk atau yang sering disebut (Sulfikasi)
Adapun suhu bibir kawah Sikidang (Loncat-loncat) 81,20
Ø Letak Astronomis
S : 070 13’ 13,2”
E : 1090 54’ 13,8”

ü  KAWAH SIBANTENG
Sibanteng terletak di Desa Dieng Kulon. Kawah ini pernah meletus freatik pada bulan januari 2009 (15/1), menyebabkan kawasan wisata dieng harus ditutup untuk beberapa hari untuk mengantisipasi terjadinya bencana keracunan gas. Letusan lumpurnya terdengar hingga 2km, merusak hutan milik perhutani disekitarnya, dan menyebabkan longsor yang membentuk kali putih, anak sunngai Serayu.
ü  KAWAH SILERI
Sileri adalah kawah yang paling aktif dan pernah meletus beberapa kali (berdasarkan catatan : tahun 1944, 1964, 1984, Juli 2003 dan September 2009). Pada aktivitas freatik terakhir (26 September 2009) muncul tiga celah kawah baru disertai dengan prmancaran material setinggi 200 meter.

ü  KAWAH SINILA
Sinila terletak di Desa Dieng Wetan. Kawah Sinila pernah meletus pada pagi hari tanggal 1979, tepatnya 20 Februari 1979. gempa yang ditimbulkan membuat warga berlarian keluar rumah, namun mereka terperangkap gas beracun yang keluar dari Kawah Timbang akibat terpicu letusan kawah Sinila. Sejumlah warha (149 Jiwa) dan ternak tewas keracunan gas karbondioksida yang menyebar kewilayah permukiman.

ü  KAWAH TIMBANG
Timbang adalah kawah yang terletak di dekat sinila dan beraktivitas sedang. Meskipun kurang aktif, kawah ini merupakan sumber Gas CO2 berkonsentrasi tinggi yang memakan korban pada tahun 1979. kawah ini terakhir tercatat mengalami kenaikan aktivitas  pada bulan Mei 2011 dengan menyemburkan asap putih setinggi 20 meter, mengeluarkan CO2 dalam konsentrasi melebihi ambang aman (1.000 ppm, konsentrasi normal di udara mendekati 400 ppm) dan memunculkan gempa vulkanik. Pada tanggal 31 Mei 2011 pagi, kawah ini kembali mengeluarkan gas CO2 hingga mencapai 1% v/v (100.000 ppm) disertai dengai gempa tremor. Akibatnya aktivitas pada radius 1 km dilarang dan warga Dusun Simbar dan Dusun Serang diungsikan.
Peta Wisata Dataran Tinggi Dieng














Gambar 1








BAB III
PEMBAHASAN

v  Tujuh Unsur Kebudayaan Masyarakat Dieng
ü  Bahasa
Bahasa yang sering digunakan sehari-hari oleh masyarakat dieng adalah bahasa jawa dan bahasa indonesia
ü  Agama
Agama yang dianut oleh masyarakat Dieng Kabupaten Wonosobo adalah mayoritas Islam. sekalipun di daerah tersebut terdapat candi, itu hanyalah simbol atau peninggalah zaman dahulu para penganut agama hindu yang mengagung-agungkan Tuhannya dengan membuat candi-candi. Seperti didalam Agama Islam tempat beribadahnya adalah Mesjid. Mungkin seperti itu yang dilukiskan pada zaman dahulu untuk memulyakan tuhannya.
ü  MATA PENCAHARIAN
Mata pencaharian masyarakat dieng umumnya pada sektor pertanian, antara lain:
-          Kentang (Komoditas Utama)
-          Carica
-          Kubis
-          Cabe Besar / Cabe Bandung
-          Gogo (Padi Dunung)

10
 

Adapun kelebihan dan kerugian dalam masa tanam pertanian di daerah dieng.
a.       Kentang
      Menanam kentang dipilih bibit yang sudah tua, untuk membedakan bibit yang sudah tua cukup dilakukan goresan kecil pada permukaan kentang, jikalau permukaan kentang tersebut tergores sampai kedalah kentang. Itu berarti kentang masih muda dan belum cocok untuk dijadikan bibit indukan kentang, tapi apabila kentang tersebut tergoresnya tidak berbekas itu menunjukan bahwa kentang tersebut sudah bisa dijadikan bibit indukan kentang.
      Pebedaan kentang merah dengan kentang biasa, bisa dilihat dari segi fisiknya, kentang yang luarna berwarna agak kehitam-hitaman kentang tersebut dalamnya warna merag, ungu atau hijau. Sedangkan kentang bisa luarnya lebih jernih dan jenis fisik kentangnya imut-imut.
      Adapun pupuk yang digunakan masayarakat dieng untuk tanaman kentang adalah berupa pupuk pabrik dan pupuk organik atau yang sering disebut oleh masyarakat dieng adalah “CM” (Chiken Muller/ Kotoran Ayam), yang nantinya disatukan kedalam tanah sebelum bibit kentang ditanam.
      Untuk penggunaan MULSA atau penutup permukaan tanah yang terbuat dari pelastik, mulsa tersebut tidak hanya dipakai sekali saja. Melainkan mulsa tersebut jika fisiknya masih bagus, tidak robek, dan layak pakai mulsa tersebut akan digunakan lagi oleh para petani. Sedangkan untuk penggunaan lahan para warga atau masyarakat dieng biasa mendiamkan tanahnya dulu setelah masa panen, yang bertujuan untuk menjaga kualitas dan kesuburan tanah, masyarakat disini umumnya mendiamkan tanahnya antara 1/2 bulan sampai 1 bulan. Dalam jangka pendiaman tersebut tanahnya diberi pupuk “CM” dengan tujuan disaat penanaman bibit kentang tersebut kentang akan lebih baik hasilnya.
      Warga atau masyarakat dieng tidak semuanya memiliki lahan pertanian kentang sendiri, ada yang menyewa dari orang lain. Di daerah dieng terkenal dengan juragan tanah yang suka menyewa-nyewakan tanahnya kepada para petani. Merka mengukur tingkat kesuburannya hanya berdasarkan pengalaman dan hasil yang di dapat saat masa panan, kalau masa panennya bagus meraka anggap tanah itu baik dan memiliki harga sewa tinggi sebaliknya jika hasil panen kurang bagus mereka anggap tanah kurang baik. Harga sewa tanah dari juragan tanah tersebut dilihat dari itu, mulai dari 1.600.000 yang pali tinggi dan 900.000 yang paling murah pertahunnya.
      Harga kentang dieng lebih mahal karena kentang dieng memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan kentang yang dihasilkan oleh daerah lainnya, kentang sayur untuk di daerah dieng sendiri berkisar antara 3500 S/d 5000 perkilogram dan untuk kentang yang biasa dijadikan keripik potatos beda lagi hargana, karena kualitas kentang potatos lebih bagus daripada kentang yang suka dijadika sayur.


b.      Carica
       Carica adalah sebuah pohon sejenis pepaya, tapi jenis carica kebih kecil dibandingkan dengan pepaya. Carica oleh masyarakat dieng dijadikan penganan atau manisan sebagai oleh-oleh khas dari dieng. Rasa-rasanya carica serupa dengan pepaya yang dicampur salak.
       Carica hanya dapat dijumpai di daerah dieng, karena keadaan cuaca serta iklimnya yang berbeda di daerah lain, pernah ada studi kasus bibit carica di tanam di tempat lain di luar daerah dieng, hasilnya serupa menjadi pepaya.
c.       Cabe Besar / cabe Bandung
       Jenis cabe yang dibudidayakan oleh warga dieng adalah cabe besar atau warga dieng menyebutnya cabe bandung, berbentuk bulat besar seperti biji pala, pohonnya pendek dan berdaun lebat
d.     Padi Gogo
       Padi gogo adalah sejenis tanaman padi biasa, padi gogo biasa di tanam di daerah yang kondisinya relif atau dataran tinggi. Padi gogo terbiasa dengan kekuarangan air, oleh sebab itu padi gogo bisa hidup di daerah yang tinggi. Padi gogo umumnya berusia lebih panjang, yang biasanya padi yang di tanam oleh para petani di persawahan memerlukan waktu  tiga sampai empat bulan baru bisa di panen, berbeda dengan padi gogo yang baru bisa di panen sekitar tujuh sampai delapan bulan. Itu yang mengakibatkan masyarakat di daerah dieng memilih untuk menanam kentang sebagai sektor pertanian mereka, karena masa panen kentang lebih cepat.
Adapun mata pencaharian masyarakat dieng juga ada yang menjadi Pegawai Negeri sipil (PNS)
©  ILMU PENGETAHUAN
©  PERALATAN
©  KELEMBAGAAN
Kecamatan Dieng Terbagi ke dalam 16 desa:
b.        Pari Kesit
c.         Tieng
d.        Sweran Gede
e.         Girim Rana
f.         Buntu
g.        Sigedang
h.        Tambi
i.          Kejajar
j.          Serang
k.        Kreo
l.          Pata Bandeng
m.      Jojogan
n.        Sikunang
o.        Sembungan
p.        Campur Sari
©  KESENIAN
Salah satu kesenian tradisional yang mewarnai kehidupan masyarakat dieng adalah “Topeng Lengger”,  Topeng Lengger adalah sebuat tarian yang diangkat dari cerita rakyat tentang kisah percintaan “Panji Asmaubau dan Garut Candrakirana”. Keunikan lain dari dataran tinggi dieng adalah adanya anak-anak berrambut gembel, rambut yang melekat satu sama lain ini sulit dipisahkan. Tidak ada yang tau penyebabnya tetepi awalnya adalah panas tinggi yang tidak sembuh-sembuh, ada yang percaya bahwa anak yang berambut gembel ini membawa berkah atau sial. Untuk memotong rambut gembel anak-anak itu harus diadakan acara ruatan, yaitu upacara untuk membebasan si anak dari pengaruh buruk. Pada kesempatan ini orang tua harus memberikan apa saja yang menjadi permintaannya. Setelah dipotong nantinya rambut akan tumbuh normal kembali, selanjutnya potongan rambut gimbal di hanyutkan ke sungai serayu, sebagai lambang hanyutnya kesialan yang ada pada anak tersebut. Sungai serayu yang menjadi salah satu nadi kehidupan di daerah dieng bagian selatan ini berawal dari sebuah pancuran yang ada di dataran tinggi dieng kabupaten wonosobo (Teluk Bimolukar).
ü  Benteng Pendem (Cilacap)
Benteng Pendem merupakan Benteng pengintaian dan pertahanan yang dibangun oleh Militer Belanda pada tahun 1879 di Cilacap, pada saat itu  pernah dikuasai oleh militer Jepang dan dikuasai kembali oleh militer Belanda.  Luas wilayahnya kurang lebih sekitar 5 hektar, 2 hektar dipakai untuk pembangunan PERTAMINA. Didalam Benteng Pendem tersebut terdapat marcusuar, gudang senjata, ruang tahanan dll.
Pantai cilacap dikenal sebagai sebuah lautan yang dalam sehingga kapal yang lewatpun harus berhenti di pelabuhan dan dijemput oleh kapal tongkang. Di Cilacap terdapat pulau nusakambangan yang terkenal dengan bahan rempah-rempah dan disana pula terdapat Benteng Pengintaian Ciminik yang dilengkapi dengan senjata seperti meriam.



















BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

A.    Simpulan
Jadi kesimpulan yang kami utarakan waktu PKL di Dataran tinggi Dieng dan cilacap yaitu bahwa keadaan geografis di dataran tinggi dieng yang berbukit-bukit memiliki karakteristik tersendiri diantaranya dari segi agraris memiliki hasil pertanian yang signifikan terhadap perekonomian masyarakat di daerah tersebut, selain dari pertanian itu dieng memilki buah berbentuk makanan ringan dan oleh-oleh khas daerah tersebut yaitu carica, keripik kentang, purwaceng, dll. Yang lebih menariknya lagi yaitu di daerah dataran dieng masih menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaan sehingga kebudayaan dari zaman nenek moyang sampai sekarang ini masih dipertahankan, yaitu budaya rambut gembel.
Setelah dua hari PKL kami di Dataran Tinggi Dieng, kami melanjutkan untuk meneliti dataran rendah di Pantai Cilacap khususnya tentang sejarah berdirinya benteng Pendem. Pada awalnya benteng Pendem di bangun oleh tentara Belanda dan pernah direbut dan dikuasai oleh Militer Jepang namun direbut kembali oleh militer Belanda. Selain digunakan untuk pertahanan Benteng Pendem terdapat pula tempat tahanan, gudang senjata, ruang eksekusi, dan sebagainya.      
B.     Saran
17
 
PKL Dataran Tinggi Dieng dan Cilacap merupakan suatu pembelajaran dan pengalaman yang berharga bagi kami karena kami telah mendapatkan ilmu yang insyaallah bermanfaat bagi kami dan orang lain, namun alangkah baiknya jika ada perwakilan dosen untuk setiap Home Stay untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan agar pelaksanaan PKL menjadi lebih efektif.





















DAFTAR PUSTAKA

http://id.m.wikipedia.org/wiki/Benteng_Pendem_Cilacap
http://wisatajawa.wordpress.com/wisata-jawa-tengah/pantai-teluk-penyu
http://id.m.wikipediaa.org/wiki/Dieng
http://.wisatanesia.com/2010/05/waduk-mrica-banjarnegara.html
Tim Dosen Geografi, 2012, Pedoman Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Mahasiswa Geografi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi. Tasikmalaya.

Categories:

Leave a Reply